KtHx54QkBr383xDR2xK8jWF4FPsDN0wkvFCwXh9V
Bookmark

Zayn Ali dan Suara yang Menggetarkan Festival Masa Depan 2025

Istimewa
jurnalistiwa.com - Pagi itu udara Purwakarta terasa lebih hangat dari biasanya. Bale Sawala Yudhistira dan Mayadatar mulai dipenuhi ratusan pelajar berseragam putih abu abu yang datang dari berbagai SMA. Mereka membawa rasa penasaran yang tak disembunyikan. Mereka duduk rapi, sebagian sibuk mencatat, sebagian lain saling bertukar cerita tentang harapan kuliah dan beasiswa. Di tengah keramaian satu nama mulai sering disebut Zayn Ali penulis muda yang dikenal lewat bukunya Salah Vonis.

Festival Masa Depan 2025 yang diselenggarakan Institute of Democracy and Education Indonesia (IDE Indonesia) dengan instansi serta stakeholder lainnya memang menghadirkan banyak narasumber. Namun sejak awal suasana telah memberi isyarat bahwa sesi Zayn Ali mungkin akan menjadi salah satu yang paling ditunggu. 

Ketika Zayn naik ke panggung ruangan perlahan hening. Ia tidak membuka sesi dengan data statistik atau penjelasan teknis tentang beasiswa. Ia justru memulai dengan sebuah kalimat yang membuat peserta tersentak pelan. Ia mengatakan Pendidikan itu  bukan soal mengejar gelar tetapi perjalanan untuk menyembuhkan diri. Kalimat itu membuat beberapa peserta terdiam sejenak seperti baru menyadari bahwa pendidikan bukan hanya soal angka dan prestasi.

Dalam pemaparannya Zayn mengajak peserta melihat ke dalam diri masing masing. Ia berbicara tentang cerita hidup luka masa lalu kegagalan serta keberanian yang sering kali tidak disadari. Ia mengatakan Kadang kekuatan kita justru lahir dari pengalaman paling berat yang pernah kita lalui. Dengan suara tenang ia menjelaskan mengapa kisah personal penting dalam proses seleksi beasiswa. Menurut Zayn karakter jauh lebih jujur terlihat dari cerita hidup ketimbang dari daftar panjang prestasi.

Di tengah penjelasannya Zayn mengutip pemikiran tokoh pendidikan Munif Chatib. Ia mengatakan Munif Chatib pernah berkata bahwa semua anak adalah bintang dan akan bersinar pada waktunya dengan keahlian yang dicintainya. Kata kata itu disambut anggukan pelan dari banyak peserta seolah mendapatkan pengakuan bahwa mereka akan bersinar pada waktunya di masa depan.

Sesi tersebut memberikan dampak emosional bagi para pelajar. Muhib seorang peserta terlihat menunduk berkali kali sembari menulis cepat di buku catatannya. Setelah sesi selesai ia berkata "Zayn seperti membuka pintu baru dalam pikiran saya. Saya baru sadar bahwa cerita hidup saya sendiri bisa jadi kekuatan bukan sesuatu yang harus saya sembunyikan." Ungkapnya.

Rini peserta lainnya tampak masih memeluk tasnya erat ketika diwawancarai "Penjelasan Zayn membuat saya berani lagi bermimpi. Rasanya seperti ada yang bilang bahwa semua orang bisa berhasil asal terus bergerak." Ungkapnya.

Zayn juga menekankan bahwa pendidikan tidak berhenti pada diri sendiri. Ia mengingatkan bahwa keberhasilan hanya bermakna jika kembali kepada masyarakat. Ia mengatakan Kita belajar untuk membagikan manfaat bukan untuk berjalan sendiri. Ia menutup sesinya dengan pesan yang membuat banyak peserta terdiam lama. Ia menyampaikan Pendidikan adalah alat untuk memutus ketidakadilan dan kita semua punya peran di dalamnya.

Di luar ruang talkshow Festival Masa Depan terus berlangsung dengan berbagai agenda mulai dari expo kampus kompetisi kuis penampilan seni hingga sesi jejaring pelajar. 

Acara dibuka dengan sambutan Gugun Gumilar selaku Pendiri IDE Indonesia disusul Bupati Purwakarta Saepul Bahri Binzein serta keynote speech dari Dr H Hanif Hanafi Kepala Kementerian Agama Kabupaten Purwakarta. 

Namun di antara semua kegiatan itu cerita Zayn menjadi percakapan yang bertahan paling lama. Beberapa pelajar membahasnya sambil menunggu kuis dimulai sebagian lain berdiskusi kecil di sudut ruangan. Ada pula yang berjalan pulang sambil memikirkan kembali kalimat Munif Chatib yang dikutip Zayn tentang bintang bintang yang menunggu waktunya untuk bersinar.

Ketika acara berakhir para pelajar meninggalkan lokasi dengan langkah berbeda dari saat mereka datang. Ada yang lebih optimis ada yang lebih percaya diri dan ada yang mulai berani mengakui bahwa mereka memiliki cerita yang layak diperjuangkan.

Dan mungkin tanpa mereka sadari kata kata Zayn Ali masih mengalun di kepala sebuah pengingat bahwa masa depan bukan milik mereka yang paling sempurna tetapi milik mereka yang berani bersinar dengan keahlian yang mereka cintai. (SL)
Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar