KtHx54QkBr383xDR2xK8jWF4FPsDN0wkvFCwXh9V
Bookmark

Terimakasih Dikau Hadir - Cerpen Ummu Karromah - Part Akhir

Ilustrasi/GPT

Oleh: Ummu Karromah*

20 hari bulan puasa berlalu. keluarga Haura penuh dengan kasih sayang dan cinta kasih. Ramadhan bulan yang baik dan penuh dengan kejutan tak terhingga. Setiap hari Haura dan ibundanya serta Yana membuat takjil untuk anak-anak panti asuhan yang tak jauh dari daerahnya.

"Haura," panggil Ibu Haura sembari menyiapkan takjil.

"Iya Bu ..." balas Haura yang sedang memotong buah semangka dibantu Yana.

"Tadi gimana kata dokter yang periksa?" tanya Ibu. Tak lama kemudian Ayah masuk kedapur dan ikut membantu Ibu menyiapkan takjil.

"Oh, kata dokter keadaan jantung Haura sudah mulai normal dan membaik setelah oprasi katup jantung kemarin," terang Haura sembari tersenyum.

"Alhamdulillah ..." ucap kedua orang Haura hampir bersamaan.

"Ayah," panggil ibu. "Iya Sayang kenapa?."

"Ibu hamil." wanita itu tersenyum

"Alhamdulillah ..." ucap mereka bersamaan.

28 hari Ramadham berlalu. Tiada henti-hentinya Haura bersyukur kepada Allah atas hadirnya bulan Ramadhan yang membawa berkqah. Allah telah memperbaiki segalanya.

Pagi yang indah dengan desiran angin lembut dan tenang, cahaya mentari lembut menerangi bumi. Haura merentangkan tangannya menikmati udara dipagi ini. Sesaat mobil putih memasuki halaman. Haura masih terdiam sambil mengamati tamu yang datang itu.

"Gus Yusuf," ujar Haura ketika melihat pria tampan dengan jas hitam dan sarung army. Kiyai dan Nyai juga keluar dari mobil.

"Maa syaa Allah Ummi, silahkan masuk," tutur Haura menyambut tamu istimewa dengan senyuman yang indah.

"Silahkan duduk Kiyai, Ummi, Gus," ujar ayah.

Tanpa basa basi yang panjang Kiyai Baidawi meyampaikan tujuan kedatagannya yakni untuk melamar Haura menjadi istri gus Yusuf. Haura sempat kaget.

"Maa syaa Allah Kiyai, ini adalah suatu kehormatan bagi keluarga kami," tutur ayah Haura rendah hati. "Akan tetapi untuk keputusannya saya serahkan kepada Haura."

Haura tak bisa berkata apa-apa. Dalam lubuk hatinya dia tak ingin menolak lamaran ini akan tetapi dalam firasatnya ada jawaban yang lain.

"Mohon maaf Kiyai ... mungkin saya bisa menjawab setelah bulan ramadhan ini selesai," tutur Haura. Keluarga gus Yusuf memaklumi keputusan Haura.

Malam semakin sunyi. Semua orang merayakan malam kemenangan sebelum esok hari raya Idhul fitri. Gema takbir meramaiman malam ini tak luput petasan dan kembang api menjadikan malam takbir amat meriah. Haura melaksaakan ibadah didalam kamarnya karena malam ini termasuk malam yang paling mulia bahkan dalam prediksi ulama' lailatul Qadar pun turun di malam ini.

"Ya Allah ... terimakasih banyak atas segala kasih sayang-Mu dan Kebaikan-Mu pada hamba yang hina dina ini ... terimakasih telah hadirkan bulan Ramadhan dalam hidupku ... terimakasih telah memberi hamba kesempatan menjumpai bulan mulia dan suci ini." gadis jelita itu bersujud kepada Allah dengan senyuman dan tangis haru.

"Ya Allah ... ampunilah dosa-dosa hamba dan ridhoilah hamba menjadi wanita ahli syurga serta kumpulkanlah hamba bersama Nabi Muhammad SAW." perlahan tangis Haura mengecil dan hilang, keadaan menjadi sangat tenang dan syahdu.

Kedua orang tua Haura memasuki kamar Haura untuk mengajaknya merayakan takbiran dihalaman rumah tapi Mereka masih menunggu Haura menyelesaikan sujudnya. 30 menit berlalu. Ayah Haura tak sabar lagi.

"Haura." Pria itu menepuk pelan punggung anaknya tapi tak ada respon. Lalu ayah Haura mengangkat bahu Haura, tubuhnya kaku dan dingin. Haura terus terpejam dengan senyuman yang indah, wajahnya juga berseri jelita.

"Innaa Lillahi Wa Innaa Ilaihi Roji'un," tutur ayah Haura pelan sambil memeluk anaknya erat. Ibu Haura langsung menjerit dan menangis ikut mendekap putri tercintannya.

Malam ini dipenuhi tangis tiada henti. Seluruh santri dari pesantren Assalam beserta keluarga Kiyai memenuhi rumah Haura untuk mensholati dan mengantarkan jenazahnya pada liang lahat. Tangis para penziarah bukan hanya karena mencintai Haura tapi cemburu dengan kematiannya yang sangat indah dalam keadaan taat di bulan Ramadhan yang suci ini. Haura ... ya, sesuai namanya yang artinya bidadari. Kini ia telah menjadi bidadari di syurga. Maha suci Allah dan Segala Puji bagi Allah.


*Ummu Karromah, Perempuan kelahiran Pontianak 04 Februari 2021. Alumni IAIN Pontianak. Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Putri bungsu dari empat bersaudara. 


0

Posting Komentar