![]() |
Ilustrasi/GPT |
Oleh: Ummu Karromah
Pukul 10 malam. Haura merasakan sesak dan nyeri didadanya,
kantungnya juga berdetak cepat.
"I-ibu ...!" jerit Haura. Brukkkhhh! tubuhnya tergeletak
dilantai dan kehilanagan kesadaran. Ibu Haura sangat kaget ketika melihay
Hautra. Ia segera membawa Haura ke rumah sakit. Sepanjang perjalan, wanita itu
terus menangisi anaknya.
"Kamu kenapa Sayang?" ucap ibu Haura sembari memangku
kepala anaknya. Dia tak bisa berfikir jernih. Sesampainya didepan rumah sakit,
tubuh Haura di pindahkan keatas brankar dan didorong kedalam ruangan ICU
(intensive care unit).
"Ibu maaf, anda tidak bisa masuk kedalam," ujar perawat
perempuan menahan tubuh ibu Haura dan bergegas menutup pintu. Di ruangan ICU
sudah ada dua perawat, dan dua dokter dan dokter spesialis jantung yang sedang
melakukan penangan pada Haura.
"Sepertinya pasien mengalami penyakit jantung," ujar
dokter spealis yang berkaca mata pada tim medis dengan sigap tim Medis masangan
infus dan ventilator pada hidung Haura.
"Alat pacu jantung," ujar dokter spesialis itu lalu
perawat segera memberikan alat padanya.
Beberapa kali alat yang memberikan rangsangan listrik itu memacu
jantung Haura agar jantung dapat kembali memompa darah secara efesien sementara
dokter berkaca mata mengamati monitoring untuk memantau respon jantung.
Di luar ruangan ICU, Ibu Haura mondar-mandir dengan tubuh yang
gemetar dan air mata yang tak henti berlinang, betapa ia mengkhawatirkan putri
semata wayangnya itu. Dari kejauhan pria berjas abu-abu dan celana hitam
sembari meneteng tas hitam sedang tergopoh-gopoh menghampirinya.
"Haura kenapa!" tanya pria itu khawatir.
"Saya juga tidak tahu... Saya lihat Huara sudah pingsan
dikamarnya," terang wanita berkerudung coklat syar'i itu.
"Kamu tidak becus jaga Haura! masak anak sakit tidak
tau!" cetus pria itu dengan marah. Beberapa orang yang duduk di kursi
jejer sempat heran melihat pertikaian pasangan suami istri itu.
Ceklek! Pintu dari ruang ICU terbuka. Dokter spesialis jantung
keluar untuk menemui kedua orang tua Haura.
"Dokter bagaimana putri saya?" tanya Ayah Haura.
"Iya Dok gimana?" Sambung Ibu Haura dengan raut dukanya.
"Jadi Haura terindikasi memiliki penyakit gagal jantung."
"Ya Allah Dok ... kenapa bisa begini?" ibu Haura tak
percaya bahwa anaknya memiliki sakit separah itu.
"Iya Bu ... mungkin pasein mengalami setres yang
berkepanjangan atau tekanan sehingga membuat jantungnya bermasalah."
"Dok, saya mohon bantu putri saya sembuh," pinta ayah
Haura.
"In syaa Allah, kami akan berusaha dengan semaksimal mungkin.
Tapi Bapak dan Ibu juga harus memberikan dukungan dan perhatian untuk menjaga
kestabilan emosinya," terang dokter lalu pamit pergi.
Tiga hari Haura dirawat dirumah sakit, kini ai sudah kembali ke
rumahnya untuk menjalankan ibadah puasa esok. Haura merasa sangat senang karena
ayah dan ibunya sudah kembali harmonis.
"Oh ya, nanti malam kan terawihan," guman hati Haura lalu
gadis jelita itu membuka lemarinya dan mengambil mukenah putih. "Ini buat
Ibu," ucapnya samar sembari membelai mukenah itu.
Gadis jelita itu menaiki anak tangga menuju kamar ibunya untuk
memberikan mukenah baru.
"Jangan kira aku akan tetap bersamamu ya!" cetus suara
pria dalam bilik kamar. Langkah kaki Haura yang awalnya penuh semangat kini
mendayu pelan mendegarkan percekcokan.
"Apa sih Yah ..." saut Ibu Haura dengan suara yang
seperti akan menangis.
"Intinya aku enggak akan merubah keputusanku untuk menceraikan
kamu!."
"Iya terserah kamu!" saut wanita itu dengan nada yang
sedikit naik.
"Setelah pengobatan Haura selsai aku akan mentalak tiga
kamu!" batin Haura terasa sakit. Tangannya menutup mulutnya yang ingin
merintih mengetahui sandiwara kedua orang tuannya. Haura menuruni anak tangga
dengan mukenah ditangannya.
Allahu Akbar ... Allahu Akbar ... kumandang azan maghrib
membahagiakan bagi seorang yang berpuasa. Puasa adalah ibadah yang dilakukan
dengan niatan meraih ridha Allah Subhanahu Wata'ala.
Haura memilih berbuka dikamarnya dengan segelas air putih dan tiga
buah kurma.
"Haura ayuk berbuka, sudah azan loh," ajak ibu Haura
sembari tersenyum sedangkan matanya nampak sembab.
"Haura sudah berbuka Bu," balas Haura. "Ini,"
imbuhnya lagi sambil memperlihatkan mangkuk kecil dengan tiga butir biji kurma.
"Oh ya sudah ibu ambilkan nasi dulu ya."
"Tidak Bu ... Haura makan nanti. Ibu berbuka saja." gadis
itu tersenyum.
Sesaat ayah Haura masuk lalu ibunya keluar tampak menghindar dari
pandangan pria itu.
"Haura kok tidak berbuka puasa di ruang makan?" Pria itu
duduk di bibir ranjang.
Gadis bermata indah itu tidak menjawab pertanyaan ayahnya.
"Ayah ..." panggilnya pelan.
"Iya Sayang kenapa?" tanya Ayahnya lembut.
"Sampai kapan ayah akan menyakiti ibu?" Haura menatap
kebawa.
"Maafkan ayah. Cinta ayah sudah hilang untuk ibumu."
"Tidak!" tukas Haura lalu ia menatap mata ayahnya dengan
berkaca-kaca. "Bukan cinta ayah yang hilang tapi komitmen ayah untuk
mencintai ibu yang sudah ayah buang!" tandas Haura.
"Beginilah hukum alam Haura." Jawab ayahnya pelan.
"Baiklah ... apakah Ayah rela, apa yang terjadi pada ibu saat
ini, juga terjadi pada putri Ayah nanti?" Haura menatap mata ayahnya
dalam.
"Tidak!" tegas Ayahnya
"Pikirkanlah ... Kembalilah kepada Ibu ... ibu yang sudah
menemani masa sulit dan pelik dalam hidup ayah sehingga saat ini ayah
sukses," ujar Haura lembut sembari mentap mata ayahnya. Pria itu langsung
beranjak tampa sepatah kata.
Waktu isyak telah tiba. Haura dan kedua orang tuanya melaksanakan
sholat isya' dan sunah terawih dirumahnya karena masih dalam kondisi Covid-19.
Setelah sholat terawih, sebagaimana kebiasaan selama bulan ramadhan dalam
keluarga Haura, mereka akan tadarus al-Qur'an secara bergantian. Ketika Haura
melantunkan bacaan Al-Qur'an dengan suara indahnya, membuat hati kedua orang
tuanya tersentuh. Teringat dosa dan ingi bertaubat kepada Allah.
Pada bulan Ramadhan mukjizat terbesar diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW. yakni, Al-Qur'an sebagai pentunjuk dan penerang antara yang batil
dan haq. Firman Allah dalam al-Qur'an surah al-Baqarah ayat 185 yang artinya:
"Bulan Ramadha, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan)
al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan - penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan batil) ..."
Lantunan ayat suci Haura memenuhi gema disetiap ruangan, seperti angin yang berdesir bersama ombak yang menderu tenang. Tak terasa air mata Ayah Haura menetes. Dia segera beranjak dari ruang tengah menuju halaman rumah dan duduk tersedu sedan dibawa lampu taman bulat putih.
"Ayah kenapa?" tanya istrinya lembut merasa iba melihat
suaminya bersedih. Pria itu langsung menghambur memeluk erat istrinya sembari
tersedu sedan.
"A-aku minta maaf Sayang ... aku sudah mendzalimimu."
pria itu terus mendekap istrinya.
"Iya Yah ... ibu maafin Ayah kok."
"Alhamdulillah. Aku ingin kembali padamu ... apa kamu masih
mau menerimaku?" pria itu menatap mata istrinya yang berbinar-binar.
Memang kesabarannya menghasilkan buah yang amat manis. Wanita itu mengangguk
pelan dan tersenyum. Dari teras rumah. Haura melihat kebahagiaan kedua orang
tuanya. Tak henti-hentinya bibir Haura mengucapkan Alhamdululillah. Dia sangat
bersyukur kepada Allah.
Bersambung ke Part 4
Posting Komentar